Lelaki itu, dengan langkah yang berat dan hati yang terasa semakin hampa, melangkah menuju tempat kerjanya. Setiap langkahnya seperti membawa beban berat yang tak pernah henti menghantui pikirannya. Di tangannya, ia meraih puntung rokok yang sudah menjadi teman setianya dalam kesendirian. Hari demi hari, ia merasa begitu dekat dengan asap teman setianya itu. Namun, apa daya, uang selalu menjadi penghalang. Ia tak punya cukup uang untuk membeli rokok. Bahkan, sering kali ia harus mengais puntung rokok di lantai demi tetes terakhir kenikmatan yang mampu memberikannya.
Sampai pada suatu pagi, ketika matahari mulai bersinar dengan lembut, lelaki itu mengadu kepada Tuhan, "Tuhan, aku memunguti puntung rokok untuk bisa merokok. Tidakkah Engkau kasihan?" Sambil mengelus dada yang dipenuhi kegelisahan, ia merasa seperti suara keluhannya terpapar ke langit. Apakah Tuhan akan mendengarnya? Apakah ada ampunan dan rahmat untuknya di tengah penderitaan yang ia alami?
Dengan hati yang berat, ia tiba di tempat kerja. Mulutnya terasa tidak nyaman tanpa asap rokok yang selalu menemaninya. Ia memutuskan untuk meminta sebatang rokok kepada teman kerjanya, Dave, yang juga seorang perokok. Dave dengan senyum ramah memberikannya sebatang rokok. Lelaki itu merasakan kelegaan, walaupun hanya sesaat. Ia membakar rokok tersebut dengan gairah, menghirup setiap helaan asapnya dengan penuh syukur.
Namun, yang terjadi selanjutnya benar-benar mengejutkannya. Beberapa saat setelah memberinya rokok, Dave kembali mendekatinya dan memberikan dua bungkus rokok rasa mentol kesukaannya. "Tuhan ternyata mendengar keluhanku," batin lelaki itu dalam hati, tak mampu menyembunyikan rasa harunya. Ia merasa Tuhan telah memberinya rejeki yang tak terduga. Ia tak pernah menduga bahwa doanya akan dijawab begitu cepat dan dalam bentuk yang begitu berlimpah.
Ia memandang langit biru, lalu tersenyum tulus. "Terima kasih Tuhan untuk rejeki hari ini," ucapnya dalam doa singkat. "Terima kasih atas dua bungkus rokok mentol dan sebatang rokok Jie sam soe. Besok lagi ya." Ia merasa begitu bersyukur, seolah-olah kehidupannya telah diberkati oleh Tuhan dengan berkah yang begitu berlimpah.
Hari itu, lelaki itu pulang dengan hati yang ringan. Ia merokok dengan kenikmatan yang lebih besar dari biasanya, menikmati setiap helaan asap sebagai tanda rasa syukur yang mendalam. Ia belajar sebuah pelajaran berharga bahwa kadang-kadang, Tuhan mendengar keluhan dan permohonan kita, bahkan ketika kita merasa paling hina dan terlupakan.
Kisah lelaki itu mengingatkan kita bahwa kebaikan seringkali datang dari tempat yang tak terduga. Ia juga mengajarkan kita untuk tetap bersyukur, bahkan dalam hal-hal kecil. Sebuah sebatang rokok bisa menjadi berkah, dan setiap rejeki yang kita terima adalah tanda kasih sayang Tuhan yang tak pernah berakhir.
Sumber gambar: pngtree
Post a Comment