Perjalanan di sekolah adalah salah satu fase paling berharga dalam kehidupan setiap individu. Selama bertahun-tahun, kita belajar, bermain, dan tumbuh bersama teman sekelas dan guru-guru yang bijaksana. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa di akhir perjalanan tersebut, ada momen yang sulit dihadapi, yaitu perpisahan sekolah.
Perpisahan sekolah melambangkan akhir dari suatu babak kehidupan dan awal dari babak yang baru. Baik itu perpisahan di sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), atau sekolah menengah atas (SMA), momen ini tak jarang membawa perasaan sedih yang mendalam. Tidak hanya siswa, namun juga guru-guru yang telah memberikan bimbingan dan teman-teman yang telah berbagi kisah dan tawa bersama merasakan pilu perpisahan.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi puisi-puisi perpisahan sekolah yang menggambarkan perasaan sedih, haru, dan terima kasih yang dirasakan saat melangkah ke masa depan. Mulai dari puisi perpisahan sekolah paling sedih hingga puisi perpisahan sekolah singkat, setiap puisi menggambarkan keunikan dan keindahan momen perpisahan dalam konteks yang berbeda.
Puisi perpisahan sekolah tidak hanya mencakup perpisahan antar siswa, tetapi juga perpisahan dengan guru-guru yang telah membimbing dan menginspirasi selama perjalanan belajar. Karena itu, kami juga akan menampilkan puisi-puisi khusus untuk guru dan teman sekelas.
Mari kita merenungkan puisi-puisi perpisahan sekolah ini, mengenang kenangan indah yang telah kita bagi bersama dan mempersiapkan diri untuk melangkah maju dengan penuh harapan dan semangat di masa depan yang menantang.
Berikut contoh puisi perpisahan sekolah, puisi perpisahan sekolah paling sedih, puisi perpisahan sekolah sd, puisi perpisahan sekolah smp, puisi perpisahan sekolah untuk guru dan teman, puisi perpisahan sekolah sma, puisi perpisahan sekolah untuk guru, puisi perpisahan sekolah kelas 6, puisi perpisahan sekolah singkat.
Mata-Mata Yang akan Kutinggalkan
Karya S. Herianto (Badrul)
Kutahan tumpahan air mata di rongga dada
Kutahan arus kesedihan di ujung tenggorokan
Agar tangis tidak menjadi luka
Sedih di mata-mata itu tak sanggup kutatap
Semakin dalam kutatap
Semakin dalam luka menggurat
Rasa kehilangan yang memekat
Merusak langit hati
Kepergian ini untuk perjumpaan yang sarat rindu
Kepergian ini membawa lukisan kenangan
Kenangan yang berlimpah kemesraan
Tak akan kutukar
Antara kita ada ikatan hati
Yang dibungkus hari-hari
Ikatan yang tak mungkin diputuskan oleh sejuta kerusakan
Ikatan yang bila berada di hadapan Tuhan
Akan disambut dengan senyuman ketentraman
Perjumpaan yang pernah terjadi takkan pernah berakhir
Bila kepergian ini diartikan jarak
Maka nantikan sebuah perjumpaan dengan luapan lautan
Dengan gelombang-gelombang rindu yang memuncakkan kedamaian
Luka dan air mata yang pernah menyayat hari dan hati
menjadi sapuan angin yang menumbuhkan harapan
Wahai mata-mata yang menyimpan kesedihan sesaat
Tapi menyinarkan semangat hidup yang kuat
Bila suatu hari tiba masa perjumpaan itu
Pastikan aku melihat mata-mata yang pernah aku tinggalkan
Mengerling lincah diikuti sebaris senyum yang tiada henti
Yang tumbuhnya dari dasar hati
Kan kubawakan hadiah kemenangan
Dengan sekuntum doa
Semoga Tuhan menyayangimu selalu
Sehingga tak ada satu pun permintaanmu kepada-Nya
Yang tak dikabulkan.
Malang, beberapa tahun yang lalu.
Wajah-Wajah dan Suara-suara
Karya S. Herianto (Badrul)
Aku tahu, saat ini
Saat puisi ini kubacakan
Kelas yang akan kutinggalkan tak banyak bicara
Kursi dan bangku juga diam termangu
Papan tulis itu juga tertunduk lesu
Aku tahu
Aku tahu, kelas itu
Akan ditinggali bayangan banyak kenangan
Wajah-wajah dan suara-suara
Semua abadi di sana
Aku tahu
Aku tahu, saat ini,
Pak Guru Bu Guru lebih banyak diam
Hanya tampak mata menahan linang
Aku tahu diammu juga menahan kesedihan
Pak Guru Bu Guru, senyumlah
Wajah muliamu kubawa serta
Kugendong dalam hati
Semua pesan dan nasihatmu kuikat bersama cita
Saat engkau mengingat ulah kami
Kami pun pasti teringatmu
Hati kami tak bisa berbohong
Aku tahu
Pak Guru Bu Guru
Kami ingin engkau melepasku dengan senyum terindah
Kami paham, perjalanan kami masih panjang
Pintaku sertai kami dengan doamu
Karena doamu adalah peringkat dewa
Bapa’ babu’ guru rato
Aku tahu, aku tak mungkin pamit
Dengan ucapan selamat tinggal
Kami akan pamit dengan kalimat sampai bertemu lagi
Selalu sehat Pak Guru Bu Guru
Agar bisa kami sambangi
Kamsamita
Arigato husaimas
Mator sakalangong
Nyo’ona sapora se raja
Sungkem bakte abdi dalem
Nyo’ona sokalilla
East, 28 Mei 2023
Diba Sekapeng Dhuwa’ (Berbahasa Madura)
Karya S. Herianto (Badrul)
Esaksene geddung sareng ata’
Papan toles, bangku tor korse
Taneyan tor mandira mera pote
Kaula perna badha ekasareng pakguru tor buguru
Magenna’ omor
magenna’ sangona odhi’
Estona ta’ daddi kaula semaca’a puisi paneka
Ngarembeng egandu’ seta’nyapcaba aeng mata
Tako’ daddi sagarana tanges
Pakguru buguru kaula oneng
Badha bakto mabunga
badha bakto maduka
Sapora’agi gi
Bakto seampon ajai’ ngen angen
Bakto semadibasa pekker
Bakto semamardika ate
Matorsakalangkong gi
Pakguru buguru
Ombarragi kaula sakancaan e panggaliyan
Sareng dhu’a banni basto
Kakerrongi kaula sakancaan e dhalemma ate
Sareng esem tor binar
Kalaban songkem seba
Nyo’ona sokalellana pakguru buguru
Kaula sakanca’an agai’a bintang
Nyo’ona karidha’an pakguru buguru
Ekarengseppowa dunnya akherat
Songenep, 28 Mei 2023
Khusus puisi yang terakhir, saya berikan contoh bacanya dan pilihan latar instrumennya.
Post a Comment