Aku punya tetangga. Rumah tetangga itu sangat dekat dengan rumahku. Rumah-rumah di sekitarku sangat rapat dan tertutup. Jadi rumahku harus melewati gang buntu.
Tetanggaku itu memelihara banyak burung. Beberapa di antaranya selalu digantung di bawah atap depan rumahku. Setiap malam burung itu menjerit-jerit, mengganggu waktu tidurku. Karena sudah tidak sanggup hidupku selalu terganggu, kupotong kabel lampu yang menyinari beranda rumahku. Setidaknya tetanggaku itu merasa. Sejak saat itu beranda rumahku selalu gelap bila malam tiba.Benar, burung yang berisik itu tidak lagi digantung di depan rumah bila malam, tapi siangnya tetap.
Tetanggaku itu juga setiap malam, di atas pukul 23.00 WIB selalu kedatangan teman-temannya. Lebih dari lima orang. Selalu ramai, suara mereka sangat mengganggu. Tertawa, ngobrol, bahkan ngentut dengan sangat kencang. Ibuku sudah sekian bulan sakit, pasti terganggu. Yang sehat saja terganggu apalagi yang sakit!
Selain itu, teman-teman tetanggaku itu, selalu buang air kecil di kamar mandiku, tanpa ba-bi-bu. Maklum kamar mandiku terpisah dengan rumahku. Lama-lama kupikir, kamar mandiku seperti toilet terminal. Bisa siapa saja kencing, tanpa izin, tanpa bayar. Sungguh dhalim tetanggaku ini.
Tiap tamunya datang, memang mengucapkan salam: assalamu alaikum. Mereka pasti tidak paham makna assalamu alaikum warahmatullahi wa barakatuhu. Buktinya, mereka tidak membuat tetangganya nyaman dan selamat. Mereka bertamu tidak tahu waktu dan tempat. Tidak tahu situasi apakah ada yang sakit atau terganggu. Mereka tidak layak mengucapkan salam. Mending mereka mengucapkan tai, jancuk, babi, atau anjing. Itu lebih manis dibandingkan mengucapkan salam, tapi tidak membuat tetangganya selamat.
Salam mereka palsu. Termasuk tetanggaku yang menerima tamu dari pukul 23.00 hingga menjelang Subuh dengan suara-suara keras.
Mungkin mereka pengangguran yang pekerjaannya mengganggu orang. Mungkin juga mereka wujud manusia, tapi akhlaknya seperti kambing. Mungkin terlalu lama berkawan dengan burung.
Kadang aku berteriak, Ya Tuhan! Berkali-kali. Mereka tetap saja mempertahankan berisiknya. Sungguh mereka manusia yang dhalim. Semoga Tuhan mengampuniku dan membuatku bahagia lahir batin sebagai gantinya.
Post a Comment